Tentara pelajar. |
Pelajar sekolah menengah terjun ke medan perang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka berhimpun dalam Tentara Pelajar dan Tentara Republik Indonesia Pelajar yang dibentuk di berbagai daerah terutama di Pulau Jawa. Bagaimana dengan tentara pelajar di Banten?
Dalam buku Peranan Pelajar dalam Perang Kemerdekaan (1985) diuraikan bahwa pada Mei 1947 datang instruksi dari Yogyakarta agar dibentuk tentara pelajar Banten. Sekira 40 orang siswa SMP Serang dipanggil oleh Detasemen Garuda Brigade Tirtayasa Divisi Siliwangi yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Bratamanggala.
Suganda menyeleksi siapa yang sungguh-sungguh ingin menjadi Tentara Pelajar, tidak dipaksa karena sifatnya sukarela. Yang tidak mendapatkan persetujuan orangtua harus mengundurkan diri. Dijelaskan juga bahwa kesatuan pelajar pejuang ini bukan tentara biasa (reguler), jadi tidak akan mendapatkan gaji atau fasilitas lainnya. Yang diangkat sebagai pemimpinnya adalah Isa Darmakusumah, pemuda Bandung yang sekolah di Serang. Salah satu anggotanya adalah Sukamihardja.
Setelah kesatuan ini diresmikan langsung dilatih di markas Detasemen Garuda dan diasramakan di situ juga selama 20 hari. Pelatihan kilat ini diberikan oleh tiga pelatih: Herman Az, Johan Arifin, dan Habib. Setelah selesai latihan, dengan didampingi ketiga pelatihnya, mereka dikirim ke front Parung Panjang.
Mereka berangkat tengah malam dengan kereta api luar biasa (KLB). Setelah tiba di tempat tujuan, mereka diserahkan kepada Mayor Sastra, komandan Batalion Tengkorak. Persenjataan yang diberikan hanya golok dan beberapa granat buatan Rangkasbitung. Batalion Tengkorak meminjamkan beberapa pucuk senapan ringan.
Suganda menyeleksi siapa yang sungguh-sungguh ingin menjadi Tentara Pelajar, tidak dipaksa karena sifatnya sukarela. Yang tidak mendapatkan persetujuan orangtua harus mengundurkan diri. Dijelaskan juga bahwa kesatuan pelajar pejuang ini bukan tentara biasa (reguler), jadi tidak akan mendapatkan gaji atau fasilitas lainnya. Yang diangkat sebagai pemimpinnya adalah Isa Darmakusumah, pemuda Bandung yang sekolah di Serang. Salah satu anggotanya adalah Sukamihardja.
Setelah kesatuan ini diresmikan langsung dilatih di markas Detasemen Garuda dan diasramakan di situ juga selama 20 hari. Pelatihan kilat ini diberikan oleh tiga pelatih: Herman Az, Johan Arifin, dan Habib. Setelah selesai latihan, dengan didampingi ketiga pelatihnya, mereka dikirim ke front Parung Panjang.
Mereka berangkat tengah malam dengan kereta api luar biasa (KLB). Setelah tiba di tempat tujuan, mereka diserahkan kepada Mayor Sastra, komandan Batalion Tengkorak. Persenjataan yang diberikan hanya golok dan beberapa granat buatan Rangkasbitung. Batalion Tengkorak meminjamkan beberapa pucuk senapan ringan.
Kesatuan pelajar ini belum dilibatkan secara langsung dalam pertempuran. Mereka hanya diperintahkan melakukan sabotase: merusak kebun karet, patroli malam hari (berhasil menangkap mata-mata musuh), dan memeriksa surat-surat keterangan penumpang kereta api dari Jakarta di stasiun Parung Panjang.
Satu regu sebanyak 12 orang dikirim ke Cibaliung, di pantai Sumur, untuk mencegah penyelundupan. Satu regu lagi ke Labuan untuk mencegah perahu-perahu yang mungkin dapat lolos dari sana. Tugas terakhir mereka yang penting adalah mencegah masuknya beberapa barang kebutuhan pokok, terutama beras dan minyak dari Banten ke Jakarta. Akibatnya perekonomian di Banten kacau karena harga beras meningkat.
Pada waktu diresmikan kesatuan pelajar pejuang Banten dinamakan TNI-P (Tentara Nasional Indonesia Pelajar) karena militer Indonesia sudah bernama Tentara Nasional Indonesia. TNI-P tidak berkomunikasi dengan TP Jawa Barat. Perjuangan mereka tidak berbeda dengan TP dan TRIP lainnya. Karena jumlahnya kecil, TNI-P di Banten tidak pernah bertempur sendiri, kecuali ketika Belanda menyerang Serang pada agresi militer kedua.
Setelah keadaan mereda, mereka kembali ke kota Serang dan bersekolah kembali. Namun, mereka terus berlatih intensif sambil belajar karena bahaya masih terus mengancam.
No comments:
Post a Comment