Ratna Asmara, sutradara perempuan pertama di Indonesia. Filmnya, Nelajan, mengambil gambar di Labuan, Banten. |
Pak Kusen (Rd Ismail) adalah seorang kaya tapi pemeras, yang memiskinkan nelayan, dan ditakuti karena punya banyak tukang pukul.
Sebaliknya, Hamdani (Chatir Haro), adalah pemuda yang bercita-cita meningkatkan taraf hidup rekan nelayannya.
Lewat usaha keras, didukung moril oleh pacarnya Neneng (R. Ningsih), berhasil juga Hamdani melepaskan para nelayan dari kesulitan hidup.
Meski ceritanya serius, namun terpaksa diselipkan nyanyian, lawakan dan perkelahian. Saat itu, film Malaya (Malaysia) dengan banyak lagu, digemari masyarakat.
Sebaliknya, Hamdani (Chatir Haro), adalah pemuda yang bercita-cita meningkatkan taraf hidup rekan nelayannya.
Lewat usaha keras, didukung moril oleh pacarnya Neneng (R. Ningsih), berhasil juga Hamdani melepaskan para nelayan dari kesulitan hidup.
Meski ceritanya serius, namun terpaksa diselipkan nyanyian, lawakan dan perkelahian. Saat itu, film Malaya (Malaysia) dengan banyak lagu, digemari masyarakat.
Demikian sinopsis film Nelajan tahun 1953. Entah di mana keberadaan film ini. Mungkinkah ada di arsip film Sinematek di Jakarta? Jika tersedia, film ini menarik untuk diputar di Banten karena lokasi pengambilan gambarnya dilakukan di salah satu daerah di Banten, yaitu Labuan.
Film Nelajan disutradarai oleh Ratna Asmara, aktris film tahun 1940-an. Naskah cerita ditulis oleh Mochtar Lubis, pengarang dan pemimpin redaksi harian Indonesia Raya. Sedangkan skenario oleh Wildan Ja’far. Film ini dibuat oleh perusahaan yang didirikan oleh mereka bertiga: Ratna Films kemudian berubah menjadi Asmara Films.
Sebelumnya, pada 1950, Ratna menyutradarai film Sedap Malam produksi Persari milik tokoh perfilman Djamaludin Malik. Film ini membuat Ratna menjadi sutradara perempuan pertama di Indonesia. Film berikutnya yang disutradarai Ratna adalah Musim Bunga di Selabintana produksi Djakarta Film (1951) dan film Dr Samsi (1952) dan Nelajan (1953).
Menurut David T. Hill dalam biografi kritis Mochtar Lubis, Jurnalisme dan Politik di Indonesia, film Nelajan mulai mengambil gambar pada Juli 1953. Sekitar 60 persen gambarnya diambil di lokasi Labuan, Banten, dan Pulau Sahut. Sayangnya, film ini tidak sukses di pasaran. Meski demikian, Mochtar menuangkan pengalamannya membuat skenario film dalam buku tentang panduan untuk menulis skenario film, menyusul panduan lebih awal mengenai menulis fiksi dan menulis pers.
Pada 1954, Ratna menyutradarai film Dewi dan Pemilihan Umum produksi Asmara Films. Film ini diputar bertepatan dengan pemilihan umum pertama tahun 1955. Ratna pergi belajar film ke Italia pada 1954. Dia meninggal tahun 1981.
No comments:
Post a Comment