Home, Kesultanan, Penjajahan, Kemerdekaan, Tokoh, Pengelola

Thursday, December 15, 2016

Tentara Pembela Tanah Air di Banten

Penduduk Leuwidamar melepas anggota Peta.
Foto: Dok. Rushdy Hoesein.
Foto ini menunjukkan upacara pelepasan saudara Ruslan dan 71 orang dari Leuwidamar Gun (Kawedanaan Leuwidamar, Lebak) yang akan masuk tangsi Pembela Tanah Air (Peta). Kemungkinan tangsi Peta yang dimaksud adalah tempat pelatihan di Bogor atau Cimahi, Jawa Barat.
Jepang membentuk pasukan Jawa kyodo bo ei gyugun atau "pasukan sukarela untuk membela tanah Jawa" untuk membantu tentara Jepang mempertahankan pulau Jawa dari serangan pasukan Sekutu. Pasukan Peta ini berdiri pada Oktober 1943.
Pembentukan Peta dimulai dengan memilih calon-calon perwira untuk komandan peleton (shodancho), komandan kompi (cudancho), dan komandan batalion (daidancho). Calon komandan peleton umumnya diambil dari pemuda-pemuda yang baru lulus sekolah; komandan kompi dari warga masyarakat yang mempunyai kedudukan seperti guru, pamong praja, dan pegawai lainnya; dan komandan batalion dari tokoh masyarakat yang berpengaruh luas di daerah setempat.
Pelatihan perwira dari Jawa dan Madura ditempatkan di Bogor, Jawa Barat. Sedangkan untuk bintara diselenggarakan di Cimahi Jawa Barat dan Magelang Jawa Tengah dengan lama latihan selama dua sampai lima bulan. Di setiap daidan (batalion) ditempatkan beberapa orang perwira, bintara, dan tamtama Jepang sebagai penasihat dan pengawas. 
Upacara pelepasan anggota Peta di Leuwidamar.
Foto: Dok. Rushdy Hoesein.
Tentara Peta di Jawa berada di bawah koordinasi tiga orang ciku boe i sireikan(setingkat Kodam). Wilayah Jawa Barat dipimpin Mayjen Mabuci dan berkedudukan di Bandung; wilayah Jawa Tengah dipimpin oleh Mayjen Nakamura berkedudukan di Magelang; dan Jawa Timur dipimpin oleh Mayjen Iwabe dan berkedudukan di Surabaya.
Menurut Halwany Michrob dan Mudjahid Chudari dalam Catatan Masa Lalu Banten, di wilayah Banten terbentuk empat daidan terdiri dari Batalion I (dai ichi daidan) dipimpin oleh KH Achmad Chatib dan berkedudukan di Labuan; Batalion II (dai ni daidan) dipimpin oleh Entol Oyong Ternaya dan berkedudukan di Kandang Sapi, Malingping; Batalion III (dai san daidan) dipimpin oleh KH Syam’un dan berkedudukan di Serang dengan kompi-kompinya di Merak dan Anyer; dan Batalion IV (dai yon daidan) dipimpin oleh Uding Suriaatmadja berkedudukan di Pandeglang sebagai batalion cadangan.

Di Serang dibentuk pula Yugeki tai (pasukan bawah tanah), yaitu pasukan khusus yang tidak berseragam tentara dan berdiri sendiri. Anggotanya sekitar 27 orang yang dipimpin oleh Ali Amangku (shodancho), Umar Syarif (shodancho), dan Kamaruzaman (shodancho). Tugas resmi pasukan ini adalah untuk meneliti sikap masyarakat terutama tokoh-tokohnya terhadap pemerintah Jepang. Tetapi, pada praktiknya mereka diam-diam mendekati para pelajar di sekolah untuk menumbuhkan rasa kebangsaan. Sehingga, ketika Indonesia merdeka, mereka mendirikan tentara pelajar

No comments:

Post a Comment