Home, Kesultanan, Penjajahan, Kemerdekaan, Tokoh, Pengelola

Wednesday, December 28, 2016

Alasan Jalan Daendels Dimulai Dari Anyer

Tugu penanda titik 0 km Jalan Anyer-Panarukan. Foto: Yustrizal.
HERMAN Willem Daendels menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda selama tiga tahun (1808-1811). Dalam waktu relatif singat itu, dengan tangan besinya berhasil membangun di berbagai bidang, baik untuk kepentingan ekonomi maupun pertahanan. Namun, pembangunan monumental dan melekat padanya adalah Jalan Anyer-Panarukan atau Jalan Raya Pos yang panjangnya mencapai seribu kilometer.

Kendati menyebut proyek Jalan Anyer-Panarukan sebagai genosida karena menelan ribuan korban, sastrawan Pramoedya Ananta Toer mengakui, dibandingkan pada masanya jalan itu sama dengan jalan Amsterdam–Paris. Pembangunannya yang hanya setahun (1808-1809) satu rekor dunia pada masanya. “Sejak dapat dipergunakan pada 1809 telah menjadi infrastruktur penting, dan untuk selamanya,” tulis Pram dalam Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.

Mengapa Jalan Daendels dimulai dari Anyer? Daendels mendarat di Anyer, Banten, pada 5 Januari 1808. Dari Anyer ke Batavia, Daendels menempuh perjalanan selama empat hari. Pada musim hujan, jalan-jalan itu tidak layak dilewati. Jalur laut tidak mungkin dilaluinya karena ancaman armada Inggris yang sudah mengepung pulau Jawa. Sementara itu, dia ditugaskan mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Untuk itu, dia membangun pangkalan armada laut di Teluk Meeuwen di Ujung Kulon, namun hancur sebelum rampung karena diserang Inggris.

Daendels membutuhkan jalan yang dapat dengan mudah dan cepat mengirim pasukan dari Batavia ke Banten. Itulah mengapa dia memulai proyek pembangunan jalan raya dari Anyer. “Bukan kebetulan bila Daendels memerintahkan pembangunan jalan Anyer-Batavia sebagai prioritas utama. Dengan adanya jalan ini secara teoritis tentaranya akan segera dapat didatangkan dari Batavia bila Inggris menyerbu,” tulis Pram.


Menurut Pram, rute Anyer-Batavia (Anyer-Cilegon-Serang-Tangerang-Batavia) sudah ada sebelumnya. Sehingga Daendels hanya memerintahkan untuk memperkeras dan memperlebarnya. Setelah diperkeras dan dilebarkan, Anyer-Batavia dapat ditempuh dalam waktu sehari. “Pekerjaan ini mudah saja karena medannya datar. Hambatan hutan-belantara sepanjang lebih kurang 40 km dapat diatasi tanpa kesulitan berarti. Demikian juga dengan ruas jalan Batavia-Buitenzorg (Bogor). Setelah diperkeras dan dilebarkan, Anyer-Batavia dapat ditempuh dalam watu sehari,” tulis Pram.

Namun, menurut sejarawan Universitas Indonesia, Djoko Marihandono, pembangunan jalan Anyer-Panarukan lebih termotivasi oleh kepentingan ekonomi, selanjutnya militer. Terutama jalur Bogor-Cirebon sebagai sarana pengangkutan komoditas andalan pemerintah kolonial, yaitu kopi yang banyak ditanam di Priangan.

Di sekitar Mencusuar Anyer yang terletak di Desa Tambang Ayam, Kecamatan Anyer, Serang, Banten, terdapat tapal yang menandai titik awal pembangunan Jalan Anyer-Panarukan. Tidak diketahui pasti siapa dan kapan pembuatannya.

Djoko merasa heran dengan tapal tersebut. “Saya masih mempertanyakan nol kilometer yang ada di Anyer Banten sebagai titik awal pembangunan Anyer-Panarukan,” kata Djoko kepada Historia.

Selain itu, Djoko yang menulis disertasi tentang sentralisasi kekuasaan Daendels di Universitas Indonesia pada 2005, juga merasa prihatan karena dalam tapal tersebut “tahunnya saja salah.” Pada tapal persegi empat itu tertulis: “0 KM Anjer-Panarukan 1806 AKL.” Padahal, Daendels baru mendarat di Anyer pada 5 Januari 1808.

No comments:

Post a Comment